BERITAKITA.CO.ID, Medan – Sangat disayangkan, kegiatan uji kompetensi mahasiswa Politeknik Pariwisata, Medan, di Hotel Garuda Plaza, terjadi insiden pengusiran terhadap profesi jurnalis, yang hendak bertugas.
Padahal, tema yang diagendakan adalah mengenai uji kompetensi soal managemen dasar pengetahuan dan keahlian seseorang. Karena menurut C.K Prahalad dan Gary Hamel tahun 1990 dalam artikel “The Core Competence Of The Corporation” atau Kompetisi Inti Perusahaan dan Kompetisi itu, Inti sebagai pembelajaran kolektive di dalam organisasi.
Bagaimana publik tahu jika, awak media yang notabenenya memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai penyebar informasi kepada masyarakat dan dilindungi undang-undang, justru malah tidak dilibatkan dalam kegiatan yang dinilai positif tersebut.
Karena memang, tugas seorang Journalisme adalah menulis, menganalisis dan melaporkan suatu peristiwa kepada khalayak, melalui media massa secara teratur.
Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan keauntentikan suatu yang akan terjadi, melakukan wawancara kepada narasumber, demi memperoleh informasi yang akurat untuk dikonsumsi publik.
Menurut Ozi Jurnalis Muda dari portal media online Transsumut.com, jika kegiatan di luar dari kampus dan tidak membuat spanduk, itu menjadi hak publik dan informasi tersebut seyogyanya disebarluasakan kepada masyarakat.
“Karena semua tujuan hidup di dunia adalah mencari uang untuk menafkahi anak Istri. Jika kita menghambat rezeki seseorang, maka rezeki kita pun dihambat Allah. Dan sudah janji Allah, jika kita beri 1, maka Allah akan membalasnya dengan 10,” kata Dia, kemarin.
Pihaknya menyesalkan, kenapa pihak Politeknik menyuruh sekuriti Hotel Garuda Plaza, mengusir para Jurnalis Muda Professional dari portal Media KetikBerita.com, CahayaNews.com dan Transsumut.com.
Alasan pihak universitas, ‘ spele’ karena tidak ada mengundang wartawan. Padahal seorang Jurnalis untuk meliput pemberitaan diatur dalam Undang-undang pokok Pers nomor 40 tahun 1999 tentang Kode Etik Kemerdekaan Berpendapat, Berekspresi dan Pers Hak Azasi Manusia PBB.
“Harus diketahui bersama bahwa, Kemerdekaan Pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan komunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Jadi kami sangat menyesalkan terhadap tindakan dari pihak Politeknik Pariwisata yang tidak menyertakan profesi Jurnalis dalam mendukung penyebaran menyebarkan informasi melalui media massa,” tegas Ozi.
Ozi hanya menduga, pihak universitas mengira wartawan yang datang untuk meliput adalah “Jurnalis Gadungan”. Semestinya, lajut Ozi, pihak universitas bertanya dan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada para jurnalis untuk menunjukkan identitas dan hasil karya si-Jurnalis tersebut.
“Bukannya malah mengusir si-jurnalis. Mereka itu bekerja untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat, tentang kegiatan mahasiswa Politeknik Pariwisata Medan yang sedang melaksakan uji kompetensi,” terangnya.
Ozi pun meyakini, pihak mahasiswa pun akan merasa senang apabila kegiatan mereka dapat liput dan diwawancarai oleh awak jurnalis. Karena ini ditutup-tutupi, patut diduga hal ini ada apa-apa.
“Karena kami melihat ke lokasi kolam renang Hotel Garuda Plaza, bahwa mahasiswa tersebut sedang melakukan uji komptensi praktek langsung memasak. Satu saat, akan semakin banyaknya calon mahasiswa baru untuk masuk mendaftar ke Pariwisata Politeknik Medan. Yang suatu saat menjadi seorang Chef handal dan profesional. Kalau diusir seperti ini, kami (Journalist Muda Profesional) patut menduga bahwa kegiatan itu “abal-abal” dan tidak profesional,” tegasnya.
Ia pun menyatakan, bila tidak mau didatangi jurnalis untuk diekspos ke ublik, jangan buat acara di hotel dan jangan buat spanduk. Buat saja acara di tempat masing-masing. Karena ketika sudah masuk ke ranah publik, publik pun pasti ingin merasa tahu.
“Dan mohon, jangan pernah mengeluarkan statmen “bahwa kami sudah punya wartawan sendiri”. Karena memang tugas kami sebagai seorang jurnalis dalam hal peliputan. Karena belum tentu wartawan pribadi itu membuat liputan secara langsung melakukan wawancara. Sekarang ini banyak jurnalis hanya pakai “Flash Disk” atau Copy Paste dari teman. Ataupun wartawan pribadi tersebut hanya ingin mendapatkan amplop, tapi berita tidak ada,” ucap Ozi.
“Jadi jika datang Jurnalis ingin melakukan peliputan, lebih bagus tanya identitasnya dan suruh jurnalis tersebut tunjukkan hasil karyanya, bukan diusir dong?. Sampai kapan ya pemikiran intelektual di Medan untuk tidak mengusir dan melarang para jurnalis untuk menghambat kegiatan jurnalismenya. Tapi yang bagus untuk meminta pewarta itu menunjukkan hasil karya. Karena, karya sebuah jurlanalistik merupakan karya yang nyata, bukan uang,” tekan Ozi.
“Jurnalis profesional itu bukan mengolah uang, tapi mengolah berita yang baik dan profesional. Intinya kita harus mengedepankan “Simbiosis Mutualis”. Jadi, setinggi apapun profesional kita jika tidak melibatkan jurnalis, ‘bak’ seperti sebuah pepatah lama “makan sayur asam tanpa sambal belacan”. Karena jurnalis profesional itu juga manusia biasa yang hanya makan nasi dan menafkahi anak-istri,” tandasnya. (Dewak/Red)